dunia kecilku

you’ll never walk alone

Terbang Murah

TADI malam saya baca artikel di sebuah blog yang mengulas insiden jatuhnya Boeing 737-400 PK-KKW KI 574 Adam Air di perairan Polewali, Sulawesi Barat awal tahun lalu. Sejumlah hal pernah tersiar luas, beberapa isu lain rasanya baru terungkap di ruang-ruang diskusi terbatas.

Antara lain mengungkap rata-rata usia pesawat terbang yang dioperasikan maskapai penerbangan di Indonesia di atas 17 tahun. Kecuali Garuda Indonesia yang umur armadanya rata-rata 10 tahun. Armada Adam Air rata-rata berusia 18,1 tahun.

Boeing 737-400 Adam Air nahas yang bodi pesawat berikut seisi penumpangnya sampai sekarang terpendam di dasar laut Polewali diketahui pertama kali terbang pada 1989. Sebelum dibeli Adam Air, pesawat ini dioperasikan JAT (eks Yugoslavia, 2002-2005).

Sebelumnya, pesawat ini dioperasikan British Airways (1992-1995. Terakhir saat pesawat diinspeksi pada 25 Desember 2006, telah terbang sebanyak 45.371 jam. Meski baru setahun menggunakan pesawat ini, Adam Air sebenarnya memelihara pesawat yang sudah cukup uzur.

Bandingkan dengan Lion Air yang tergelincir di Solo (20 tahun), dan Mandala Air yang gagal terbang di Medan (24 tahun). Usia memang bukan satu-satunya tolok ukur terkait keselamatan terbang. Tapi faktor ini termasuk penyumbang besar sebab sejumlah insiden penerbangan.

Delta, SAS, dan American Airlines pernah menggunakan DC-9 yang usianya di atas 20 tahun — sampai Eropa melarang pesawat dengan noise stage-2. Namun pesawat-pesawat tersebut diperlakukan sangat baik.

Northwest Airlines pernah membawa kembali DC-9 yang melebihi 100.000 landing dan sudah dipensiunkan, padahal design life DC-9 hanya sekitar 60.000 landing. NASA bahkan punya pesawat yang berusia 25 tahun namun tetap beroperasi.

Dan, Gedung Putih, kantor kepresidenan AS, masih memiliki DC-9 yang dipergunakan first lady dengan usia sekitar 30 tahun namun kondisinya sangat bagus dan hanya memiliki sekitar 30.000 landing.

Selain faktor usia, risiko penerbangan erat terkait dengan orang, disiplin, dan lingkungan (bisnis). Penerbangan murah (low cost carrier) artinya investasi minim, disiplin rendah, pemeliharaan armada bukan prioritas.

Dari sejumlah catatan, dalam kurun 10 tahun terakhir, kira-kira 600 nyawa manusia melayang di Indonesia. Kebanyakan accident terjadi sejak maskapai penerbangan murah booming pasca krisis ekonomi akhir 90-an. Guyonan yang kerap muncul, terbang murah, nyawa pun murah.

Soal armada, umur pesawat yang uzur memang berarti biaya pemeliharaan tinggi, ongkos investasi besar, dan tarif terbang pun tak mungkin murah. Jika aspek-aspek kunci (regulatory requirement) diabaikan, umur pesawat dan bad behavior (disiplin rendah) menyumbang sebab terbesar kecelakaan.

Banyak contoh telah terungkap di praktik maskapai penerbangan kita. Dulu pernah ada penumpang pesawat maskapai lokal bersaksi melihat kru darat memasang selotip di bagian sayap pesawat yang bolong. Ada pula yang mengeluhkan tingkah membahayakan kru pesawat di kokpit.

Jika Anda cermat sebelum naik pesawat, cobalah perhatikan bagian-bagian fisik pesawat di luar maupun interior. Atau lihat lewat jendela di bagian sayap atau sambungan badan (fuselage joint). Kebanyakan terkesan sudah tiba waktunya diistirahatkan.

Belum di bagian-bagian lunak, semacam peralatan navigasi atau avioniknya.Adam Air pernah menghadapi pengalaman “maut”, pesawat tujuan Makassar dari Jakarta terbang “buta” dan nyasar di Bandara Tambolaka, Nusa Tenggara Barat.

Saya sendiri pernah terbang bersama Adam Air dari Makassar ke Jakarta. Sejauh pengalaman sih waktu itu nyaman-nyaman saja. Pendaratan di Cengkareng tepat waktu, mulus, layanan kabin prima untuk ukuran maskapai penerbangan murah meriah.

Sementara waktu ikut penerbangan internasional Yemeni Air ke Eropa, saya telisik umur pesawat Airbus A330-300 yang saya tumpangi baru 12 tahun. Ketika terbang dari Frankfurt ke Hannover mengunakan pesawat Bae 146 RJ85 Eurowings milik Lufthansa, juga belum genap 14 tahun.

Bedanya, tarif tak murah, yang artinya high ownership cost. Artinya pula, peraturan penerbangan ditaati disiplin dengan orientasi keselamatan penumpang. Memang, tarif murah terbang sangat membantu lebih banyak lagi kelas sosial masyarakat.

Mobilitas bertambah, roda perekonomian berderak lebih cepat, pertumbuhan daerah-daerah pun lebih laju. Susah senang, pas atau tidak, ini peluang bisnis yang coba dikeruk para investor penerbangan murah atau low cost carrier.

Bagi kita yang hanya mampu terbang di segmen ini, ya sebaiknya perbanyaklah berdoa sebelum terbang, selama terbang, sesudah pesawat mendarat, dan sepanjang waktu kita masih diberi kesempatan menghirup udara di dunia.

Maret 19, 2008 - Posted by | kolom

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar